Glek... glek...
glek.. glek...
Aku meminum habis air mineralku Viro water, waktu menunjukkan pukul 13.40 WIB. Panasnya Jakarta membuatku
tidak pikir panjang menghabiskan beberapa cc air tersisa yang ada di dalam
botol dalam genggaman tanganku ini. Seharusnya air dalam botol ini masih penuh,
ya seharusnya begitu. Aku melihat botol Viro water kosong ini dan tersenyum.
*2 jam yang lalu*
Aku duduk di kursi
panjang depan rumah makan padang, 3 jam sudah perjalanan
dari Bandung menuju Jambi dan sekarang bus yang kutumpangi istirahat di rumah
makan sekitaran Pelabuhan Merak. Tak banyak yang kulakukan selain ongkos sudah
menipis, rasa letih dan sudah makan cukup sebelum berangkat dari Bandung tadi. Aku memutuskan hanya mencuci
muka lalu membeli sebotol air mineral.
Sebotol Viro water menarik mataku di lemari pendingin, ya air mineral favoritku inilah yang
menjadi langgananku ketika aku liburan ke Bandung. Kesegaran alaminya lah yang
membuatku “ketagihan” menciptakan moments
kekeringan di tenggorokan menjadi kesejukkan, Maklum di tempatku tinggal Jambi Viro belum terdistribusi sampai sana.
Setelah 30 menit
istirahat, rombongan bus pun satu-persatu menaiki bus
kembali lalu melanjutkan perjalanan. Di bus aku mencoba memejamkan mata untuk
istirahat sejenak, rasa letih lebih kuat daripada kesenanganku melihat
pemandangan pinggir kota lewat
jendela bus. Hanya beberapa menit memejamkan mata,
telingaku terusik
mendengar suara tangisan. Suara tangisan balita di yang
pas kursi duduknya didepanku ini mengganggu untuk beristirahat. Dengan mata sayu aku mendengarkan apa yang dikatakan ibu itu pada anaknya yang menangis, dengan maksud agar
anaknya berhenti menangis karena tangisannya mengganggu
penumpang lain. “Minuman tinggal ini nak, dan minuman bersoda ndak baik untukmu
sayang”. Logat jawa
yang lembut keluar dari mulut ibu itu. “Tapi bun, andi
haus……”. Anak itu tetap pada pendiriannya, ingin segera minum menghilangkan
haus di tenggorokan
anak yang lucu itu. Dan ibu yang baik itu tetap menolak, tak ingin anaknya minum
minuman yang tidak baik
buat pertumbuhannya.
Aku melihat sekitar, penumpang lain hanya memperhatikan anak dan ibu itu tanpa berbuat apa-apa. Hatiku langsung iba, aku buru-buru mengambil
botol air mineralku. Aku bangkit dari
tempat dudukku lalu menghampiri anak dan ibu tersebut. “Ini bu..” Senyumku
sambil menyodorkan botol air mineralku. “Buat ibu dik??” Mata ibu itu terheran-heran.
“Iya bu!!”, jawabku mantap sambil tersenyum. “Terima kasih banyak dik”. Aku
mengangguk lalu kembali ke kursiku. Fiuuuhhh… Aku menghela nafas lega, senang
rasanya membantu orang yang sedang kesusahan seperti tadi. Walaupun bantuannya
kecil, pasti terlihat besar
buat orang sedang kesusahan yang kita bantu. Dan benar, anak itu sumringah lalu
menuangkan air mineral Viro water ke dalam gelas “Mickey Mousenya”.
Aku kembali memejamkan mata, lega meskipun tidak tau bagaimanan nanti kalau aku
yang gantian haus mengingat perjalanan masih jauh.
Dalam tidurku aku terbangun, pundakku digoyang-goyang oleh seseorang. Aku membuka mata. “Ini dik.. Masih ada sisa, mungkin kamu
butuh waktu dijalan”. Dengan nyawa yang masing belum
terkumpul, aku menerima
botol air mineral Viro water yang tadi aku berikan kepada ibu itu. “Dan ini sebagai tanda terima kasih ibu dan Andi”.
Ibu itu melihat anaknya dengan senyum sembari
menggosok-gosok rambut anaknya. Lalu Ibu itu menggenggam tanganku lalu memberikan “buntelan” kertas terus buru-buru
pamitan turun karena sudah sampai tujuan di Palembang. Setelah beberapa menit aku baru
sadar, ibu itu memberikan selembaran
uang Rp.20.000. Nilai yang besar untuk air
mineral “Rp.2000”. Ya Allah, kebetulan banget uangku sudah menipis. Aku
bersyukur sekali, bersyukur membantu hal kecil kepada ibu yang baik hati tadi. Moments kecil syarat makna dalam perjalananku ini, sebotol air mineral Viro Water membengkaskan
sebuah kebahagiaan kecil dan kebanggaan dalam hati ini. Semoga ibu tadi sehat selalu, dan si Andi anaknya
yang lucu itu semoga menjadi anak yang berbakti
kepada orang tua, agama dan negara. Amiinnnn ya Allah….